Senja Mendung, lagi Merindu

Aku ingat, ketika itu adalah senja terindah yang pernah kumiliki ternyata. Kala itu aku bersama mereka, semua sahabat yang aku miliki selama enam tahun lamanya. Aku tak pernah mengira senja itu akan menjadi senja terhangat yang pernah aku lalui. Ya, senja adalah anugerah Tuhan yang patut kita syukuri. Keadaan alam yang begitu memesona. Pesona alam yang tak kunjung ada habisnya. Di senja itu aku tertawa lepas, menertawakan apa yang seharusnya ditertawakan. Ya, masih aku dan teman-temanku.
Di senja itu pula kami seringkali bertukar cerita indah, sedih ataupun sengsara. Masih dengan kehangatan yang sama, di setiap senjanya. Dan kala itu mereka adalah masih mereka yang patut kusyukuri. Mereka yang bersamaku berjalan linear tanpa ampun selama enam tahun. Mereka yang bahkan seringkali meluruskan jalanku yang bengkong. Dan mereka yang seringkali mencegahku dari perbedaan rute ketika aku ingin hengkang.
Namun, 27 Juni 2016 ini. Senja hari ini, aku tak menemukan semua kehangatan itu. Aku juga tak menemukan semua kebersamaan indah itu. Kini aku hanya seringkali merindu akan segala hal yang kulalui dengan mereka. Bukankah hal biasa ketika ku meridukan mereka? merindu saat saat berbagi tawa dan kesedihan. Bukan hanya melihat beberapa foto kenangan kala itu dan menyedihkan. Juga, disini mendung.
Mendung dan sama dengan hatiku yang ingin sekali kembali pada kala itu. Kala dimana aku masih sangat egois dan memiliki banyak sahabat. Kala dimana aku bisa membuang angin dan tawaku di mana saja. Kala dimana aku senang memandangi hujan karena melihat seseorang sedang futsal. Ya, jujur aku sering melihat canda tawa dan kebersamaan mereka ketika futsal. Dan hal itu sudah benar-benar kulupakan.
Senja ini aku sendiri, sendiri karena tak lagi menemukan mereka yang menjadi pelipur lara. Sendiri karena tak lagi menemukan mereka yang dulu kukenal, dan kini kurindukan.



#anstandfamily

Komentar

Postingan Populer