Konsep Tuhan



Tuhan adalah segala sesuatu yang kita puja dan puji melebihi apapun dan memercayainya lebih dari percaya apapun. Makanya kita perlu tahu sampai mana kita boleh menuhankan sesuatu, maksudnya ada batasan ketika kita membutuhkan sesuatu tersebut tanpa melebihi kepercayaan kita terhadap Tuhan.
            Ketika ada persepsi kalau ketinggalan sesuatu, kita khawatir diri kita terkena celaka atau sebagainya. Maka di sini sudah ada konsep menuhankan benda, seperti harta, tahta atau wanita. Kemarin sempat ramai mengenai batu ali yang jika kita percaya bahwa batu tersebut membawa bahagia dan celaka, maka kita sudah ada dalam lembah kesesatan untuk menuhankan batu ali tersebut.
            Menurut Ibnu Taimiyyah: Al-Illah adalah yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk padanya, merendahkan diri di hadapannya, takut dan mengharapkannya, dan meminta perlindungan darinya. Makanya di sini jelas, bahwa Tuhan itu memiliki posisi teratas dari yang teratas, dan di sini dapat kita fahami bahwa jangan sampai kita menuhankan sesuatu yang kita anggap suka, atau istilah sundanya karesep. Karena itupun akan menimbulkan kesan bahwa kita menuhankan sesuatu tersebut. jika kita menyukai sesuatu, sukailah sejawarnya saja.
            Muhammad Thalib (Majelis Mujahidin Indonesia): dari tinjauan akidah, mempercayai tuhan selain Allah adalah musyrik, dan harus ditolak dengan harga mati.
            Konon, Tuhan itu berasal dari kata Tuan dalam ensiklopedi popular Gereja oleh Adolf Heukeun S.J. “Arti kata Tuan ada hubungannya dengan kata Tuan yang berarti atasan/penguasa.”
            Dr. Adian Husaini: Islamic Worldview (sepakat untuk memandang suatu konsep dengan sudut pandang Islami) atau Wahyu adalah sumber terbaik.
            Kaum Pluralis menyatakan bahwa semua agama kembali pada Tuhan yang sama. Padahal banyak Istilah Tuhan yang disebutkan dalam Bibel berbeda versi negara, seperti dalam Bibel Indonesia, Tuhan di sana disebutkan Allah, sementara dalam Bibel luar Indonesia disebutkan dengan God. Di sini sudah jelas ada perbedaan yang sangat terlihat, maka Tuhan Islam dengan Tuhan yang non muslim percayai itu berbeda. Maka dari itu, konsep Tuhan menurut Yahudi dan Nasrani sangat cocok dengan kaum Pluralis tadi, sementara konsep tersebut sangat tidak cocok jika diterapkan untuk agama Islam.
            Kita lihat kembali konsep Trinitas yang dipercaya oleh Nasrani. Tuhan mereka itu tiga dalam satu dan satu dalam tiga. Jelas-jelas anak SD pun tahu, satu dan tiga itu berbeda, maka dengan apa kita fahami bahwa satu itu tiga dan tiga itu satu. Tuhan mereka ada tiga, yaitu Tuhan Anak, Tuhan Bapak dan Ruhul Qudus, makanya konsep Tuhan menurut agama Nasrani itu sangat memusingkan. Kemudian ada yang menyebutkan bahwa Trinitas itu sama dengan konsep Tauhid dalam Islam, yang dibagi menjadi tiga, yaitu Tauhid Uluhiyyah, Tauhid Rububiyyah dan Tauhid Asma wa Sifat.
            Jelaslah beda jika kita kaji ulang mengenai konsep Tauhid ini. Tauhid yang dibagi menjadi tiga itu masih dalam satu konteks pembahasan, atau satu tujuan, yaitu Allah Swt. Bukan pada tiga Tuhan seperti konsep Trinitas, hanya saja Tauhid membagi ke dalam tiga pembahasan itu karena memang konteks pembahasannya yang berbeda, namun tetap pada Allah SWT.
            Selain konsep Trinitas, ada juga konsep Yudaisme, yaitu konsep Tuhan yang tidak terpecahkan, begitu kata Pak Adian Husaini. Dalam Yahudi, Tuhan itu ada yang disebut Yahweh. Yang sebenarnya berasal dari empat kata yang tak dapat dibaca, yaitu “YHWH” kemudian mereka memaksakan untuk dibaca, maka dibacalah “YAHWEH”. Dari sanalah konsep Liberal dalam agama Yahudi timbul. Yaitu tidak masalah jika umatnya menyebut Tuhannya dengan sebutan Yahweh, Lord, God, Allah atau yang lainnya.
            Maka dalam Islam, Allah itu nama satu Dzat yang menjadi Tuhan umat Islam, dan namanya sama di seluruh muka bumi. Di Indonesia, di Korea, di Mesir, namanya tetap Allah. Bukan God, bukan Lord atau yang lainnya. Allah itu sebagai proper noun jika dalam Bahasa Inggris. Dan Islam itu nama suatu ajaran.
            Menurut Adian Husaini, muncul beberapa kelompok dalam Yahudi yang menolak menyebut Tuhannya dengan sebutan Allah, tapi lebih baik Yahweh. Kelompok itu disebut dengan BYH (Bet Yesua Hamasiah). Mereka mengeluarkan Bibel sendiri yang kemudian merubah nama Yesus menjadi Yesua dan sebutan Allah dengan Yahweh.
            Menurut Al-Attas, konsepsi Tuhan itu otentik dan final, sifatnya. Sejak zaman Nabi sampai kiamat pun, namanya tetap Allah.
            Jika dalam ajaran Budhis pembawa agamanya yaitu Sidharta Gautama, namun mereka bingung siapa yang mereka sembah. Dan jika dalam agama Hindu, Tuhan yang mereka sembah itu ada Wishnu, Brahma dan sebagainya, namun pembawa ajaran mereka itu tidak jelas. Ini berbeda dengan agama Islam yang jelas siapa pembawa agama Islam dan siapa yang umat Islam sembah. Sementara dalam ajaran Syiah, sangat berbeda mengenai konsep Tuhan, Tauhid, dan sebagainya dengan Sunni. Maka tidak bisa lagi dikategorikan bahwa Syiah itu termasuk Islam.

Komentar

Postingan Populer